Selasa, 02 Februari 2021

Mengenal Penyu Sisik, Si Kecil Berparuh Elang

 Penyu sisik atau yang memiliki nama latin Eretmochelys imbricata merupakan salah satu dari tujuh spesies di dunia yang ditemukan di kawasan perairan tropis yang hangat, mulai dari Samudera Atlantik, Hindia, hingga Pasifik. Penyu ini memiliki nama lain di beberapa daerah, seperti penyu genteng, penyu kembang, penyu katungkara, dan wau. Penyu ini juga disebut sebagai Hawksbill turtle dalam bahasa Inggris yang berarti penyu berparuh elang. Selain itu, penyu ini memiliki keunikan yang terletak pada motif karapasnya yang indah sehingga banyak dicari dan dimanfaatkan sebagai kerajinan atau perhiasan.

Persebaran penyu sisik di Indonesia yaitu terutama di pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni. Sebagian besar penyu sisik ditemukan di Kepulauan Riau hingga Belitung, Lampung, Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Laut Sulawesi (Berau), Sulawesi Selatan (Takabonerate) hingga Sulawesi Tenggara (Wakatobi), Maluku dan Papua.

Sumber: seaturtles.org

Klasifikasi dan Karakteristik Fisik

Klasifikasi Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) menurut Hirth (1971) adalah:

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Sub Filum: Vertebrata

Kelas: Reptilia

Ordo: Testudinata

Famili: Cheloniidae

Genus: Eretmochelys

Species: Eretmochelys imbricata 

    Penyu sisik memiliki keunikan berupa sisik pada karapasnya yang tersusun tumpang tindih dan memiliki corak yang mencolok. Namun, susunan tumpang tindih tersebut akan semakin kurang nyata seiring bertambah dewasanya penyu, sehingga hampir mirip karapas penyu hijau. Warna kulit sisik pada penyu dewasa umumnya adalah kuning sawo dengan bercak coklat kemerahan. Bobot penyu sisik ketika dewasa adalah 45-90 kg dan panjang total karapas berkisar 0.8 sampai 1 meter. Ukuran panjang inilah yang menjadikan penyu sisik termasuk salah satu penyu terkecil di dunia.

Lengan penyu ini berbentuk dayung (flipper) yang masing-masing dilengkapi dengan satu atau dua pasang kuku. Tengkorak kepala bagian depan sempit dan bentuk rahang atas yang dilengkapi paruh yang bengkok dan sempit. Bentuk paruh yang seperti ini memungkinkan penyu sisik untuk mencapai daerah yang sulit dijangkau sepertu celah-celah terumbu karang.

Habitat dan Makanan

    Penyu sisik membutuhkan 3 macam habitat dalam siklus hidupnya, yaitu habitat makan, habitat kawin, dan habitat peneluran. Habitat makan dan habitat kawin berada di perairan yang memiliki karang, sedangkan habitat bertelur berada pada daerah pantai (Nuitja dan Uchida, 1983). Bagian laut yang menjadi habitat adalah yang tidak begitu dalam, dekat daerah pantai peneluran dengan perairan laut yang ditumbuhi alga laut dan lamun. Daerah ini juga menjadi tempat hidup berbagai jenis binatang avertebrata yang menjadi makanan utama penyu sisik.

    Penyu berparuh elang ini bersifat omnivora. Makanan utama mereka adalah spons yang melekat pada dasar laut, terumbu karang dan batu. Selain itu, penyu ini juga memakan moluska, krustasea, ubur-ubur dan rumput laut.

Status Keberadaan dan Ancaman

    Secara umum, semua jenis penyu sebenarnya sudah dianggap terancam punah (threatened species), baik karena kerusakan habitat maupun pemanfaatan. Sejak tahun 1982, populasi penyu sisik (Eretmochelys imbricata) di alam telah dikategorikan "nyaris punah” atau "endangered" menurut IUCN Red Data Book. Kemudian, pada pada tahun 1996, status penyu sisik sudah dipindahkan menjadi kategori “kritis” atau “critically endangered”

    Populasi penyu sisik menurun hingga 80% dalam satu abad terakhir. Nilai kulit sisik penyu sisik lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyu hijau atau jenis penyu yang lain karena lebih tebal atau warnanya lebih bagus sehingga lebih banyak diincar oleh para pemburu. Ancaman lain yaitu termasuk perusakan habitat peneluran dan makan, konsumsi daging dan telur, dan praktik penangkapan ikan yang merusak seperti penangkapan ikan.


Penulis: Luthfania Nurrahma

Referensi:

Hawksbill Sea Turtle. https://www.seeturtles.org

Mortimer, J.A & Donnelly, M. (IUCN SSC Marine Turtle Specialist Group). 2008. Eretmochelys imbricata. The IUCN Red List of Threatened Species 2008: e.T8005A12881238

Suwelo, I. S., Ramono, W. S., & Somantri, A. (1992). Penyu Sisik di Indonesia. Jurnal Oseanografi LIPI, 17(3), 97-109.