Pengaruh Kelandaian Pantai terhadap Aktivitas Peneluran Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Suaka Margasatwa Cikepuh, Sukabumi, Jawa Barat
Muhammad S Dhani, Tiara Bazighah Raihaningrum, Puspita Sekar Ayuningtyas, Ridwan Rafly, Imran SL Tobing
Kelompok Studi Penyu Laut “Chelonia”
Fakultas Biologi
Universitas Nasional, Jakarta, Indonesia
Pendahuluan
Latar
Belakang
Penyu
merupakan reptil yang hidup di laut yang keberadaannya telah lama terancam,
baik dari alam maupun dari kegiatan manusia. Secara internasional, penyu masuk
ke dalam ‘red list’ di IUCN dan
Appendix I CITES yang berarti bahwa keberadaannya di alam telah terancam punah
sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat perhatian
secara serius.
Salah
satu yang menyebabkan hewan reptil ini terancam punah adalah intensitas
predator yang juga tidak seimbang dengan jumlah peneluran penyu di tiap
tahunnya. Meskipun penyu hijau betina dapat bertelur sampai lebih dari 200
telur dalam sekali peneluran, beberapa diantaranya akan menetas dan lainnya
akan dimakan oleh predator. Sehingga hanya beberapa tukik yang dapat bertahan
sampai menjadi penyu hijau dewasa.
Di
Indonesia salah satu tempat peneluran penyu adalah pantai Citirem, pantai ini
terletak di dalam SM Cikepuh dan merupakan pusat pengelolaan areal peneluran
penyu di SM Cikepuh. Pantai ini didominasi pasir putih halus dengan dominasi
pasir berdiameter 0,21 - 0,25 mm. Panjang bentang pantai yang diukur mulai dari
Muara Sungai Citirem sekitar 2500 m, dengan lebar daerah peneluran diukur dari
surut terendah sekitar 15 - 80 m. Secara geografis pantai ini terletak pada
titik koordinat S 7'18'0.5" E 106" 22'4.7".
Aktivitas peneluran penyu hijau
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah kelandaian pantai,
sehingga penilaian parameter kemiringan dan lebar pantai dianggap perlu sebagai
suatu acuan evaluasi dalam upaya pelestarian penyu sisik. Tulisan ini
diharapkan dapat membantu dalam mengetahui hubungan antara parameter kemiringan
pantai dengan aktivitas peneluran penyu hijau.
Metode Penelitian
Waktu dan
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada tahun 2019 di bulan Juni, Agustus dan Desember. Di pantai Citerem, Suaka Margasatwa Cikepuh, Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan membangun beberapa pos untuk mempermudah pengamatan di daerah tersebut
Alat dan
Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur kelandaian pantai yaitu, roll meter, busur, dan tongkat.
Metode
Pengambilan Data
1.
Pengukuran Panjang dan Lebar Pantai
Lebar pantai diukur dari jarak pasang tertinggi sampai dengan vegetasi terluar dengan roll meter untuk lebar supratidal.Lebar intertidal diukur dari jarak pasang tertinggi sampai dengan batas surut. Panjang pantai diukur mengikuti garis pantai.
2.
Kelandaian Pantai
Kelandaian pantai diukur menggunakan
tali berskala berukuran 10 m untuk mengukur panjang, tongkat berskala berukuran
2 m untuk mendapatkan ketinggian dan waterpass
untuk mempertahankan kelurusan tali berskala. Pengukuran dimulai dari
vegetasi terluar hingga ke pantai pertama kali basah oleh gelombang. Nilai
kemiringan dapat dihitung menggunakan rumus trigonometri:
Tan α = (a/b) atau Kemiringan (%) =
(a/b) x 100%
dimana a adalah tinggi tongkat
sampai batas tali yang diikat sampai membentuk sudut 90° terhadap tongkat, dan
b adalah panjang tali berskala.
Kelandaian Pantai
Pantai
Citirem, Suaka Margasatwa Cikepuh memiliki panjang bentang pantai yang diukur
mulai dari Muara Sungai Citirem sekitar 2500 m, dengan lebar daerah peneluran
diukur dari surut terendah sekitar 15 - 80 m. Daerah lebar peneluran penyu
hijau dapat berubah-ubah dipengaruhi cuaca, suhu, dan kelembaban serta kondisi
naiknya air pada permukaan pantai (air pasang).
Sedangkan
beberapa kelandaian pantai yang didapatkan selama tahun 2019 pada bulan Juni,
Agustus, dan Desember.
Tanggal pengamatan : 29 Juni 2019
Pos
|
Kelandaian |
1 |
2,75º |
2 |
4,63º |
3 |
2,49º |
Tanggal Pengamatan : 28 Agustus 2019
Pos |
Kelandaian |
1 |
7º |
2 |
7º |
3 |
10º |
4 |
10º |
Tanggal Pengamatan : 12 Desember 2019
Pos
|
Kelandaian |
1 |
5º |
2 |
4º |
3 |
7º |
4 |
3º |
Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada tiga
waktu yang berbeda yaitu pada 29 Juni, 28 Agusutus dan 12 Desember tahun 2019
menunjukan perubahan pada kemiringan pantai perubahan ini dapat disebabkan oleh
adanya perpecahan gelombang di daerah dekat garis pantai yang dapat
mempengaruhi kestabilan lereng pantai.
Morfologi pantai dengan kategori
miring hingga curam disebabkan oleh faktor hidro-oseanografi yang dapat
mempengaruhi kestabilan lereng, seperti terjadinya perpecahan gelombang dekat
garis pantai, sedangkan pantai dengan morfologi landai disebabkan oleh arus
yang dipengaruhi oleh gelombang pasang-surut.
Kesimpulan
● Didapatkan tiga data kelandaian
pantai yang berbeda dalam satu tahun karena berbagai faktor yang mempengaruhi
● Kelandaian pantai paling bagus ada
pada bulan Desember 2019
● Semakin landai pantai, dengan
didukung cuaca yang bagus dapat meningkatkan aktivitas naiknyabahkan
bertelurnya penyu pada Pantai Citirem.
Daftar Pustaka
Bima
A. P., Edi W. K., Rejeki S. 2014. Studi Karakteristik Biofisik Habitat
Peneluran Penyu Hijau (Chelonia mydas)
di Pantai Paloh, Sambas, Kalimantan Barat. Fakultaas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Journal of Marine Research. Vol 3 (3), 173-181.
Kalay
ED, Manilet K, Wattimury J. 2014. Kemiringan pantai dan distribusi sedimen
pantai di pesisir utara Pulau Ambon. Jurn TRIT. 10(2):91−103.
Yayasan
Alam Lestari. 2000. Mengenal Penyu. Yayasan Alam Lestari dan Keidanren
Nature Conservation Fund (KNCF). Jepang
Yoswaty,
Maulida, Mubarak. 2017. Potensi gelombang Bono untuk pengembangan ekowisata
bahari. Jurn Fstv. 1(2):57−64.