Selasa, 03 Agustus 2021

Pengaruh Kelandaian Pantai terhadap Aktivitas Peneluran Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Suaka Margasatwa Cikepuh, Sukabumi, Jawa Barat

                 Pengaruh Kelandaian Pantai terhadap Aktivitas Peneluran Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Suaka Margasatwa Cikepuh, Sukabumi, Jawa Barat

 

Muhammad S Dhani, Tiara Bazighah Raihaningrum, Puspita Sekar Ayuningtyas, Ridwan Rafly, Imran SL Tobing

                                   Kelompok Studi Penyu Laut “Chelonia

                                                     Fakultas Biologi

                                Universitas Nasional, Jakarta, Indonesia

  

Pendahuluan

Latar Belakang

            Penyu merupakan reptil yang hidup di laut yang keberadaannya telah lama terancam, baik dari alam maupun dari kegiatan manusia. Secara internasional, penyu masuk ke dalam ‘red list’ di IUCN dan Appendix I CITES yang berarti bahwa keberadaannya di alam telah terancam punah sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat perhatian secara serius.

            Salah satu yang menyebabkan hewan reptil ini terancam punah adalah intensitas predator yang juga tidak seimbang dengan jumlah peneluran penyu di tiap tahunnya. Meskipun penyu hijau betina dapat bertelur sampai lebih dari 200 telur dalam sekali peneluran, beberapa diantaranya akan menetas dan lainnya akan dimakan oleh predator. Sehingga hanya beberapa tukik yang dapat bertahan sampai menjadi penyu hijau dewasa.

            Di Indonesia salah satu tempat peneluran penyu adalah pantai Citirem, pantai ini terletak di dalam SM Cikepuh dan merupakan pusat pengelolaan areal peneluran penyu di SM Cikepuh. Pantai ini didominasi pasir putih halus dengan dominasi pasir berdiameter 0,21 - 0,25 mm. Panjang bentang pantai yang diukur mulai dari Muara Sungai Citirem sekitar 2500 m, dengan lebar daerah peneluran diukur dari surut terendah sekitar 15 - 80 m. Secara geografis pantai ini terletak pada titik koordinat S 7'18'0.5" E 106" 22'4.7".

Aktivitas peneluran penyu hijau dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah kelandaian pantai, sehingga penilaian parameter kemiringan dan lebar pantai dianggap perlu sebagai suatu acuan evaluasi dalam upaya pelestarian penyu sisik. Tulisan ini diharapkan dapat membantu dalam mengetahui hubungan antara parameter kemiringan pantai dengan aktivitas peneluran penyu hijau.

 

Metode Penelitian

Waktu dan Lokasi Penelitian

            Penelitian dilakukan pada tahun 2019 di bulan Juni, Agustus dan Desember. Di pantai Citerem, Suaka Margasatwa Cikepuh, Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan membangun beberapa pos untuk mempermudah pengamatan di daerah tersebut

Alat dan Bahan

            Alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur kelandaian pantai yaitu, roll meter, busur, dan tongkat.

Metode Pengambilan Data

1.    Pengukuran Panjang dan Lebar Pantai

Lebar pantai diukur dari jarak pasang tertinggi sampai dengan vegetasi terluar dengan roll meter untuk lebar supratidal.Lebar intertidal diukur dari jarak pasang tertinggi sampai dengan batas surut. Panjang pantai diukur mengikuti garis pantai.

2.    Kelandaian Pantai

Kelandaian pantai diukur menggunakan tali berskala berukuran 10 m untuk mengukur panjang, tongkat berskala berukuran 2 m untuk mendapatkan ketinggian dan waterpass untuk mempertahankan kelurusan tali berskala. Pengukuran dimulai dari vegetasi terluar hingga ke pantai pertama kali basah oleh gelombang. Nilai kemiringan dapat dihitung menggunakan rumus trigonometri:

Tan α = (a/b) atau Kemiringan (%) = (a/b) x 100%

dimana a adalah tinggi tongkat sampai batas tali yang diikat sampai membentuk sudut 90° terhadap tongkat, dan b adalah panjang tali berskala.

 

Kelandaian Pantai 

            Pantai Citirem, Suaka Margasatwa Cikepuh memiliki panjang bentang pantai yang diukur mulai dari Muara Sungai Citirem sekitar 2500 m, dengan lebar daerah peneluran diukur dari surut terendah sekitar 15 - 80 m. Daerah lebar peneluran penyu hijau dapat berubah-ubah dipengaruhi cuaca, suhu, dan kelembaban serta kondisi naiknya air pada permukaan pantai (air pasang).

            Sedangkan beberapa kelandaian pantai yang didapatkan selama tahun 2019 pada bulan Juni, Agustus, dan Desember.

Tanggal pengamatan : 29 Juni 2019

Pos

Kelandaian

                               1                              

2,75º

2

4,63º

3

2,49º

 

Tanggal Pengamatan : 28 Agustus 2019

Pos

Kelandaian

1

2

3

10º

4

10º

 

Tanggal Pengamatan : 12 Desember 2019

Pos

Kelandaian

1

2

3

4




Pembahasan

Berdasarkan pengamatan pada tiga waktu yang berbeda yaitu pada 29 Juni, 28 Agusutus dan 12 Desember tahun 2019 menunjukan perubahan pada kemiringan pantai perubahan ini dapat disebabkan oleh adanya perpecahan gelombang di daerah dekat garis pantai yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng pantai.

Morfologi pantai dengan kategori miring hingga curam disebabkan oleh faktor hidro-oseanografi yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng, seperti terjadinya perpecahan gelombang dekat garis pantai, sedangkan pantai dengan morfologi landai disebabkan oleh arus yang dipengaruhi oleh gelombang pasang-surut.

 

Kesimpulan

  Didapatkan tiga data kelandaian pantai yang berbeda dalam satu tahun karena berbagai faktor yang mempengaruhi

    Kelandaian pantai paling bagus ada pada bulan Desember 2019

   Semakin landai pantai, dengan didukung cuaca yang bagus dapat meningkatkan aktivitas naiknyabahkan bertelurnya penyu pada Pantai Citirem.

 

 

Daftar Pustaka

Bima A. P., Edi W. K., Rejeki S. 2014. Studi Karakteristik Biofisik Habitat Peneluran Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Pantai Paloh, Sambas, Kalimantan Barat. Fakultaas Perikanan dan  Ilmu Kelautan. Journal of Marine Research. Vol 3 (3), 173-181.

Kalay ED, Manilet K, Wattimury J. 2014. Kemiringan pantai dan distribusi sedimen pantai di pesisir utara Pulau Ambon. Jurn TRIT. 10(2):91−103.

Yayasan Alam Lestari. 2000. Mengenal Penyu. Yayasan Alam Lestari dan Keidanren Nature Conservation Fund (KNCF). Jepang

Yoswaty, Maulida, Mubarak. 2017. Potensi gelombang Bono untuk pengembangan ekowisata bahari. Jurn Fstv. 1(2):57−64.