Minggu, 04 April 2021

Mengenal Penyu Tempayan

 

Hallo Sobat Laut, Welcome Back To Our Blog!

Perlu kita ketahui bahwa Penyu (Sea turtle) adalah salah satu satwa peninggalan dari zaman purba 110 juta tahun yang silam, penyu berhasil melewati zaman purba yang sampai saat ini masih hidup di dunia. Penyu berperan dalam menjaga stabilitas habitat lamun dan menyebarkan nutrisi di perairan, termasuk menunjang kelimpahan keragaman ikan yang menjadi sumber protein bagi manusia.Penyu adalah predator yang penting dalam jaringan dan rantai makanan di laut.

Kali ini kita akan membahas tentang Penyu Tempayan (Caretta caretta).

KLASIFIKASI  :

Kerajaan          :  Animalia.

Filum               :  Chordata.

Subfilum         :  Vertebrata.

Kelas               :  Reptilia.

Ordo                :  Testudines.

Subordo          :  Cryptodira.

Famili              :  Cheloniidae.

Genus              Caretta. 

Spesies Caretta caretta (Linnaeus, 1758).

MORFOLOGI

Dibandingkan dengan jenis penyu lainnya, Penyu Tempayan (Caretta caretta) memiliki kepala yang besar dan rahang yang lebih kuat. Ukuran penyu langka ini cukup besar. Panjang lengkung karapas rata-rata 90 cm, meskipun pernah ditemukan Penyu Tempayan dengan karapas mencapai 280 cm. Berat dewasa rata-rata 135 kg, meskipun spesimen terbesar pernah tercatat memiliki berat lebih dari 450 kg. Dengan ukuran tersebut menjadikan Penyu Tempayan sebagai penyu terbesar kedua setelah Penyu Belimbing.

             

Sumber: Food and Agriculture Organization of the United Nations

Sumber: North Florida Ecological Service Office




A.                 Morfologi Kepala

Jika dilihat dari posisi lateral dan dorsal, kepala penyu tempayan ini berbentuk segitiga secara kasar. Warna paruhnya abu-abu muda. Paruh atas lebih besar dari paruh bawah. Lubang hidung terletak di antara paruh atas dan sisik prafrontal. Warna pipinya kuning cerah. Warna kepala bagian atas berwarna coklat tua. Ada berbagai sisik kepala di bagian atas kepala, dan khususnya, ada sisik interprefrontal yang dikelilingi oleh empat sisik prafrontal. Paruh bawah berbentuk segitiga dan terdapat beberapa sisik di sepanjang tepi rahang bawah dan paruh.

                                                                            
Sumber: Journal of Ecology and Environment


B.                 Morfologi Karapas

Karapas berwarna coklat tua, bentuknya lonjong, bagian posterior karapas agak meruncing, dan permukaannya kasar. Terdapat satu sisik nuchal dan lima sisik vertebra di sepanjang garis tengah. Sisik vertebra kelima menonjol dengan jelas. Pada setiap sisi sisik vertebra terdapat lima sisik kosta. Di setiap sisi sisi karapas, ada 11 sisik marginal yang berdampingan di anterior dengan sisik nuchal dan di posterior dengan sisik supracaudal

C.                Morfologi Plastron

Warna dari plastron kuning muda. Sebuah sisik intergular terletak diantara sepasang sisik gular. Plastron terdiri dari masing-masing sepasang sisik humerus, sisik dada, sisik perut, sisik femoralis, dan sisik anal. Tiga sisik inframarginal pada setiap sisinya terletak di antara sisik plastron dan sisik marginal karapas. Sisik inframarginal pertama berdampingan dengan sisik dada; yang kedua, dengan sisik perut; dan yang ketiga, dengan sisik abdomen dan femoralis.

Sumber: Journal of Ecology and Environment


D.                Morfologi Fliper dan Ekor

Warna keempat flipper coklat tua. Fliper depan lebih panjang dari fliper belakang. Sepasang fliper memiliki panjang berbeda, flipper depan lebih panjang dari yang belakang. Sisi dorsal ekor berwarna coklat, sedangkan bagian ventral ekor berwarna kuning muda.

Sumber: Journal of Ecology and Environment

HABITAT DAN MAKANAN

Habitat yang disukai dari penyu tempayan ini berubah sepanjang siklus hidup. Penyu betina dewasa akan pergi ke darat untuk bertelur dan lebih menyukai pantai yang curam dan berenergi tinggi. Saat tukik muncul dari sarang, mereka menuju laut. Saat masih muda, penyu ini biasanya ditemukan di mengapung di arus laut yang hangat. Sedangkan saat dewasa paling sering ditemukan di perairan pantai dan cenderung lebih menyukai substrat berbatu atau berlumpur daripada yang berpasir. Mereka juga dapat ditemukan di dekat terumbu karang dan bertualang ke rawa asin, laguna payau, dan muara sungai.

Sumber: Lobosonda

Penyu Tempayan adalah karnivora. Saat masih menjadi tukik, memakan ubur-ubur, lamun (sea grass), keong, dan udang. Setelah dewasa memakan kepiting dan kerang (dan krustasea lainnya), cumi-cumi, gurita, ikan-ikan kecil, anemon laut, dll. Penyu ini menghancurkan mangsa dengan rahangnya yang besar dan kuat.







Sumber: Google Sites

BEHARVIOR

Sebagai spesies laut, penyu tempayan memiliki beberapa adaptasi khusus. Mereka memiliki kelenjar garam di dekat mata mereka, yang memungkinkan mereka minum air laut dan mengeluarkan garam dalam konsentrasi tinggi. Penyu tempayan mampu menahan nafas dalam jangka waktu yang Diketahui penyu tempayan mampu menyelam hingga 20 menit dan dapat beristirahat selama berjam-jam tanpa bernapas. Biasanya, penyu jantan adalah perenang yang lebih aktif daripada betina.

Penyu tempayan dikenal karena perilaku migrasi mereka. Beberapa individu tercatat bermigrasi hingga 4.828 km. Penyu dewasa dan remaja di perairan beriklim sedang bermigrasi ke arah khatulistiwa selama musim dingin untuk menghindari pemingsanan yang dingin di perairan di bawah 10 ºC. Penyu yang berada di perairan di bawah 10 ºC menjadi lesu dan mengapung di permukaan. Jika suhu air turun di bawah 5ºC, penyu bisa mati.

PREDASI

Penyu tempayan memiliki cangkang yang keras, ukurannya, serta kulit kepala dan lehernya yang kasar dan bersisik untuk melindunginya dari pemangsaan. Pertahanan ini biasanya cukup untuk penyu dewasa dan remaja yang lebih besar, tetapi penyu ini terkadang dimangsa oleh hiu dan dibunuh oleh manusia. Tukik dan telur memiliki banyak predator dan sedikit pertahanan. Penyu betina mencoba untuk menyembunyikan sebisa mungkin, tetapi predasi manusia pada sarang sangat besar. Tukik umumnya muncul dari sarang pada malam hari untuk mengurangi kemungkinan predasi, tetapi banyak yang kemudian diambil oleh kepiting, burung.

PERSEBARAN

Daerah persebaran Penyu Tempayan sangat luas. Meliputi perairan tropis dan subtropis di Samudera Antlantik, Hindia, Pasifik, dan Laut Mediterania. Tempat hidupnya meliputi wilayah perairan di negara Afrika Selatan, Albania, Algeria, Amerika Serikat, Australia, Bahamas, Bahrain, Bangladesh, Bolivarian, Belize, Brazil, Kepulauan Cayman, China, Colombia, Costa Rica, Cuba, Cyprus, Filipina, Eritrea, Perancis, Swiss, Grenada, Guadeloupe, Guatemala, Haiti, Honduras, dan Indonesia.



Sumber: Wikimedia Commons


STATUS KONSERVASI

Layaknya jenis penyu lainnya ancaman utama terhadap kelestarian hewan langka ini adalah perburuan untuk diambil telur, daging, dan karapas (tempurung). Daging dan telur umumnya dikonsumsi manusia sedangkan karapas digunakan sebagai bahan kerajinan. Ancaman lainnya adalah pencemaran laut dan rusaknya pantai sebagai tempat bertelur.

Oleh IUCN Redlist, Penyu Tempayan terdaftar dalam status konservasi Endangered (Terancam) sejak tahun 1996. Sedangkan oleh CITES dimasukkan dalam daftar Appendix I. Di Indonesia, semua jenis penyu, Termasuk Penyu Tempayan, termasuk hewan yang dilindungi. Penyu ini dilindungi di Indonesia oleh pemerintah Republik Indonesia sejak tahun 1980 berdasarkan Keputusan menteri Pertanian No. 176/Kpts/Um/10/1980.


 

REFERENCE

Almendah. 2014. Penyu Tempayan (Caretta caretta) yang Langka. https://alamendah.org/2014/11/13/penyu-tempayan-caretta-caretta-yang-langka/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2021.

Dodd, C. 1988. Synopsis of the Biological Data on The Loggerhead Sea Turtle (Caretta caretta) (Linnaeus 1758).. U.S. Fish and Wildlife Service Biol. Report, 8 (14): 1-110.

Duermit Liz. 2007. “Caretta careta. Animal Diversity Web. https://animaldiversity.org/accounts/Caretta_caretta/. Diakses pada tanggal 22 maret 2021.

Heon-Joo Lee et al. 2014. First Detailed Morphological Description of The Loggerhead Sea Turtle (Caretta caretta) Caught From The Yellow Sea of Korea. Journal of Ecology and Environment. 37(4): 201-208.

Spotila, J. 2004. Sea Turtles: a Complete Guide to Their Biology, Behavior, and Conservation. Baltimore, Maryland: The Johns Hopkins University Press and Oakwood Arts.



    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar