Minggu, 28 Januari 2024

Ancaman-Ancaman Dalam Ekosistem Laut Bagi Kehidupan Penyu

 

72% permukaan bumi terdiri dari lautan, dimana terdapat ribuan hingga jutaan spesies hewan dan tumbuhan yang dapat memberikan manfaat kepada manusia, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Mulai dari krill kecil yang menjadi dasar rantai makanan hingga mamalia laut berukuran besar seperti paus, semua kehidupan di lautan saling berhubungan. Beberapa spesies merupakan predator, beberapa spesies lainnya merupakan mangsa, dan tak sedikit pula termasuk keduanya. Akan tetapi, keseimbangan harus tetap ada agar keberlangsungan ekosistem laut dapat berjalan dengan baik.

 

Demi menjaga keberlangsungan hidupnya, tiap jenis hewan dan tumbuhan memiliki sebuah strategi yang berbeda untuk mempertahankan diri di habitatnya. Misalnya suatu bakteri tertentu yang memanfaatkan tubuh cumi-cumi sebagai substrat agar dirinya mencapai kerapatan sel yang tinggi untuk memanfaatkan kemampuan bercahaya yang dimilikinya, sehingga cumi-cumi pun juga dapat menjadikan pancaran cahaya tersebut sebagai strategi bertahan hidup (Pringgenies D, 2012). Dari Kumparan.com yang melansir dari Animals Mom Me, beberapa strategi yang umum digunakan hewan untuk bertahan hidup antara lain mengandalkan ukuran tubuhnya, membentuk koloni, menggunakan cangkang sebagai rumah, semburan racun, melakukan persembunyian dengan menirukan tubuhnya menjadi benda-benda laut lainnya, dan masih banyak lagi.

 

Strategi pertahanan hidup yang telah dilakukan tidak akan menutup kemungkinan hewan tersebut tidak akan mati. Pola rantai makanan di laut akan terus berjalan sesuai alurnya agar keseimbangan ekosistem tidak terganggu atau bahkan terputus. Setiap jenis hewan memiliki peran dan predatornya masing-masing. hewan besar akan memangsa hewan-hewan kecil, dan seterusnya.

 

Pada dasarnya penyu laut adalah binatang soliter (penyendiri) yang menghabiskan waktu hidupnya dengan menyelam dan berenang yang membuat agak susah untuk dipelajari. Mereka sangat jarang berinteraksi antara satu dengan yang lain terkecuali untuk kawin.

Pada kesehariannya penyu laut dikenal banyak menghabiskan waktunya untuk makan dan istirahat (tidur). Pada musim bertelurnya terdapat salah satu dari tujuh jenis penyu di dunia yang memiliki pola teratur antara pantai peneluran dengan daerah karang di laut pada aktivitas kawin dan makan dari si penyu ini, yaitu Penyu Tempayan (Caretta caretta) yang hal ini berdasarkan hasil penelitian dari Amerika Serikat. Pada saat tidak memasuki musim kawin, penyu kemungkinan melakukan migrasi sejauh ratusan hingga ribuan mil jauhnya. Perilaku unik lainnya dari penyu ini ialah, mereka dapat tidur di permukaan air laut dan juga di dasar air laut, biasanya pada tukik ditemukan tidur ialah mengambang pada permukaan air, dengan flipper depan (tangan dayung) di naikan ke atas karapas mereka.

 

Ancaman yang dihadapi penyu laut sangat beragam di dalam ekosistem laut. Baik dari ancaman alami dan ancaman manusia. Ancaman alami yang mengganggu kehidupan penyu menurut Direktorat Konservasi Dan Taman Nasional Laut yaitu:

  1. Pemangsaan tukik, baik pada tukik yang baru keluar dari sarang (diantaranya oleh babi hutan, anjing liar, biawak dan burung elang) maupun pada tukik yang ada di laut (diantaranya oleh Ikan cucut).



Gambar Pemangsaan Tukik oleh Kepiting (Sumber: istockphoto.com (CMP1975, 2015))

  1. Pemangsaan penyu dewasa yang dilakukan oleh predator laut, seperti hiu dan paus orca.



Penyu Dewasa Dimangsa Hiu (Sumber: plimbi.com (2015))

  1. Penyakit, yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau karena pencemaran lingkungan perairan.



Penyu Terkena Penyakit Fibropapillomatosis (Sumber: YPI, 2019)

  1. Perubahan iklim, yang menyebabkan permukaan air laut naik yang mengakibatkan terjadinya erosi pantai peneluran dan berpengaruh pada perubahan daya tetas dan keseimbangan pada kelamin tukik.



Gambar Erosi/Abrasi Pantai (Sumber: news.okezone.com (2019))

Sedangkan ancaman yang disebabkan ulah manusia yang dapat mengganggu kehidupan penyu antara lain:

  1. Tertangkapnya penyu secara sengaja atau tidak disengaja dikarenakan aktivitas perikanan dengan alat tangkap yang beragam.



Penyu Terjerat Jaring Nelayan (Sumber: Rudi (https://ksdae.menlhk.go.id), 2019)

  1. Penangkapan penyu dewasa yang dimanfaatkan cangkang, yang digunakan sebagai aksesoris.



Penangkapan Penyu oleh Orang Tidak Bertanggung Jawab

(Sumber: Suriyani LD (https://mongabay.id ), 2017)

  1. Pengambilan telur penyu yang dimanfaatkan sebagai sumber protein.



Penyelundupan Telur Penyu (Sumber: Barada UW (https://ksdae.menlhk.go.id/), 2022)

  1. Pembangunan daerah pesisir, ancaman ini berdampak pada habitat peneluran penyu yang akan hilang dan rusak karena adanya pembangunan daerah di pesisir seperti pembangunan pelabuhan dan bandara, ataupun sarana-prasarana wisata pantai.



Bangunan Ilegal di Pesisir Pantai

(Sumber: Adhitya AA (https://megapolitan.antaranews.com/ ), 2018)

 

Kondisi ini semakin menurunkan populasi penyu laut di lingkungan asli mereka. Bila terus dibiarkan, keunikannya tidak akan tampak lagi. Permasalahan predator alami baik dari  predator daratan maupun predator lautan yang memangsa penyu, telur maupun tukiknya sangat sulit dihindari. Maka dari itu, kita dapat meminimalisasi hal tersebut yang bertujuan untuk menyelamatkan populasi penyu dari predator alam (Ridhwan, J. M. 2017).

 

            Kehidupan penyu saat ini terancam punah yang diakibatkan oleh faktor alami ataupun faktor manusia. Ada beberapa hal pula yang berdampak pada ancaman kehidupan penyu, yaitu pada hilangnya habitat tempat bertelur penyu, lalu pada sampah plastic, sampah alat tangkap ikan, tumpahan minyak dan berbagai macam sampah yang berdampak langsung terhadap penyu karena tertelan atau tersangkut, pada penurunan tingkat kekebalan tubuh pada penyu yang mudah terserang penyakit, termasuk penyakit Fibropapilloma, mortalitas yang tinggi akibat tertangkap tidak sengaja, rusaknya habitat dan perubahan jaring-jaring makanan, serta pada habitat peneluran penyu yang akan hilang dan rusak karena adanya pembangunan daerah di pesisir. Contohnya pada perubahan vegetasi dan adanya lalu lintas kendaraan di pantai (Parmi, H. J. 2020).

Ditulis oleh : Muhammad Raul Alfadri Aryyanto, Ahmad Ramadhan Nasution, Hanifah Rifqoh Putri S, Syifa Putri Azzahra, Aida Sayidatunnisa, Keisha Alayya Balqis, Galuh Maryana Putri