72% permukaan bumi terdiri dari
lautan, dimana terdapat ribuan hingga jutaan spesies hewan dan tumbuhan yang
dapat memberikan manfaat kepada manusia, baik itu secara langsung maupun tidak
langsung. Mulai dari krill kecil yang menjadi dasar rantai makanan hingga
mamalia laut berukuran besar seperti paus, semua kehidupan di lautan saling
berhubungan. Beberapa spesies merupakan predator, beberapa spesies lainnya
merupakan mangsa, dan tak sedikit pula termasuk keduanya. Akan tetapi,
keseimbangan harus tetap ada agar keberlangsungan ekosistem laut dapat berjalan
dengan baik.
Demi menjaga keberlangsungan
hidupnya, tiap jenis hewan dan tumbuhan memiliki sebuah strategi yang berbeda
untuk mempertahankan diri di habitatnya. Misalnya suatu bakteri tertentu yang
memanfaatkan tubuh cumi-cumi sebagai substrat agar dirinya mencapai kerapatan
sel yang tinggi untuk memanfaatkan kemampuan bercahaya yang dimilikinya,
sehingga cumi-cumi pun juga dapat menjadikan pancaran cahaya tersebut sebagai strategi
bertahan hidup (Pringgenies D, 2012). Dari Kumparan.com yang melansir dari
Animals Mom Me, beberapa strategi yang umum digunakan hewan untuk bertahan
hidup antara lain mengandalkan ukuran tubuhnya, membentuk koloni, menggunakan
cangkang sebagai rumah, semburan racun, melakukan persembunyian dengan
menirukan tubuhnya menjadi benda-benda laut lainnya, dan masih banyak lagi.
Strategi pertahanan hidup yang telah
dilakukan tidak akan menutup kemungkinan hewan tersebut tidak akan mati. Pola
rantai makanan di laut akan terus berjalan sesuai alurnya agar keseimbangan
ekosistem tidak terganggu atau bahkan terputus. Setiap jenis hewan memiliki
peran dan predatornya masing-masing. hewan besar akan memangsa hewan-hewan
kecil, dan seterusnya.
Pada dasarnya penyu laut adalah
binatang soliter (penyendiri) yang menghabiskan waktu hidupnya dengan menyelam
dan berenang yang membuat agak susah untuk dipelajari. Mereka sangat jarang
berinteraksi antara satu dengan yang lain terkecuali untuk kawin.
Pada kesehariannya penyu laut
dikenal banyak menghabiskan waktunya untuk makan dan istirahat (tidur). Pada
musim bertelurnya terdapat salah satu dari tujuh jenis penyu di dunia yang
memiliki pola teratur antara pantai peneluran dengan daerah karang di laut pada
aktivitas kawin dan makan dari si penyu ini, yaitu Penyu Tempayan (Caretta caretta) yang hal ini
berdasarkan hasil penelitian dari Amerika Serikat. Pada saat tidak memasuki
musim kawin, penyu kemungkinan melakukan migrasi sejauh ratusan hingga ribuan
mil jauhnya. Perilaku unik lainnya dari penyu ini ialah, mereka dapat tidur di
permukaan air laut dan juga di dasar air laut, biasanya pada tukik ditemukan
tidur ialah mengambang pada permukaan air, dengan flipper depan (tangan dayung)
di naikan ke atas karapas mereka.
Ancaman yang dihadapi penyu laut
sangat beragam di dalam ekosistem laut. Baik dari ancaman alami dan ancaman
manusia. Ancaman alami yang mengganggu kehidupan penyu menurut Direktorat
Konservasi Dan Taman Nasional Laut yaitu:
- Pemangsaan tukik, baik pada
tukik yang baru keluar dari sarang (diantaranya oleh babi hutan, anjing
liar, biawak dan burung elang) maupun pada tukik yang ada di laut
(diantaranya oleh Ikan cucut).
Gambar Pemangsaan Tukik oleh Kepiting (Sumber: istockphoto.com
(CMP1975, 2015))
- Pemangsaan penyu dewasa yang
dilakukan oleh predator laut, seperti hiu dan paus orca.
Penyu Dewasa Dimangsa Hiu (Sumber: plimbi.com (2015))
- Penyakit, yang disebabkan oleh
bakteri, virus, atau karena pencemaran lingkungan perairan.
Penyu Terkena Penyakit Fibropapillomatosis (Sumber: YPI, 2019)
- Perubahan iklim, yang
menyebabkan permukaan air laut naik yang mengakibatkan terjadinya erosi
pantai peneluran dan berpengaruh pada perubahan daya tetas dan
keseimbangan pada kelamin tukik.
Gambar Erosi/Abrasi Pantai (Sumber: news.okezone.com (2019))
Sedangkan ancaman yang disebabkan
ulah manusia yang dapat mengganggu kehidupan penyu antara lain:
- Tertangkapnya penyu secara
sengaja atau tidak disengaja dikarenakan aktivitas perikanan dengan alat
tangkap yang beragam.
Penyu Terjerat Jaring Nelayan (Sumber: Rudi (https://ksdae.menlhk.go.id),
2019)
- Penangkapan penyu dewasa yang
dimanfaatkan cangkang, yang digunakan sebagai aksesoris.
Penangkapan Penyu oleh Orang Tidak Bertanggung Jawab
(Sumber: Suriyani LD (https://mongabay.id ), 2017)
- Pengambilan telur penyu yang
dimanfaatkan sebagai sumber protein.
Penyelundupan Telur Penyu (Sumber: Barada UW (https://ksdae.menlhk.go.id/),
2022)
- Pembangunan daerah pesisir,
ancaman ini berdampak pada habitat peneluran penyu yang akan hilang dan
rusak karena adanya pembangunan daerah di pesisir seperti pembangunan
pelabuhan dan bandara, ataupun sarana-prasarana wisata pantai.
Bangunan Ilegal di Pesisir Pantai
(Sumber: Adhitya AA (https://megapolitan.antaranews.com/ ), 2018)
Kondisi ini semakin menurunkan
populasi penyu laut di lingkungan asli mereka. Bila terus dibiarkan,
keunikannya tidak akan tampak lagi. Permasalahan predator alami baik dari predator daratan maupun predator lautan yang
memangsa penyu, telur maupun tukiknya sangat sulit dihindari. Maka dari itu,
kita dapat meminimalisasi hal tersebut yang bertujuan untuk menyelamatkan
populasi penyu dari predator alam (Ridhwan, J. M. 2017).
Kehidupan penyu saat ini terancam punah yang diakibatkan oleh faktor alami ataupun faktor manusia. Ada beberapa hal pula yang berdampak pada ancaman kehidupan penyu, yaitu pada hilangnya habitat tempat bertelur penyu, lalu pada sampah plastic, sampah alat tangkap ikan, tumpahan minyak dan berbagai macam sampah yang berdampak langsung terhadap penyu karena tertelan atau tersangkut, pada penurunan tingkat kekebalan tubuh pada penyu yang mudah terserang penyakit, termasuk penyakit Fibropapilloma, mortalitas yang tinggi akibat tertangkap tidak sengaja, rusaknya habitat dan perubahan jaring-jaring makanan, serta pada habitat peneluran penyu yang akan hilang dan rusak karena adanya pembangunan daerah di pesisir. Contohnya pada perubahan vegetasi dan adanya lalu lintas kendaraan di pantai (Parmi, H. J. 2020).
Ditulis oleh : Muhammad Raul Alfadri Aryyanto, Ahmad Ramadhan Nasution, Hanifah Rifqoh Putri S, Syifa Putri Azzahra, Aida Sayidatunnisa, Keisha Alayya Balqis, Galuh Maryana Putri
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Konservasi Dan Taman Nasional Laut. 2009. Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu. Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat - Indonesia.
Pringgenies D. 2012. Fenomena bioluminensi cumi-cumi (Loligo duvauceli) berasal dari bakteri simbion. Jurnal Ilmu Kelautan, 5(1): 63-73
Kumparan. 2022. Cara hewan laut mempertahankan diri. https://kumparan.com/dasar-binatang/cara-hewan-laut-mempertahankan-diri-1u777HYZjvP
Yayasan Penyu Indonesia. 2019. Perilaku Umum Penyu. Yayasanpenyu.org. https://yayasanpenyu.org/perilaku-umum-penyu/
Parmi, H. J. (2020). Upacara Adat dan Konservasi Penyu di Kuta dan Tanjung Benoa, Bali. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan. Fakultas Perikanan. Universitas Gunung Rinjani
Ridhwan, J. M. (2017). Penyu dan Usaha Pelestariannya. Pendidikan Biologi. Universitas Serambi Mekkah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar