Haii sobat, kalian tau gak kalau hampir semua jenis penyu dapat kita temukan di Indonesia lho! Yup betul, 6 dari 7 spesies penyu diseluruh dunia sering mengunjungi dan bertelur di pantai-pantai yang ada di Indonesia. Mengapa? Hal tersebut karena perairan Indonesia menjadi rute perpindahan (migrasi) penyu laut di persimpangan Samudera Pasifik dan Hindia. Kita lihat yuk, 6 spesies penyu tersebut.
1. Penyu Belimbing (Dermochelis coriaceae)
2. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
3. Penyu Hijau (Chelonia mydas)
4. Penyu Pipih (Natator depressus)
5. Penyu Tempayan (Caretta caretta)
6. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)
Mari mengenal lebih jauh tentang Penyu Belimbing (Dermochelis coriaceae). Sebelumnya kita akan mempelajari klasifikasi Penyu Belimbing ini ya sobat.
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Order : Testudines
Suborder : Cryptodira
Superfamily : Chelonioidea
Family : Dermochelyidae
Spesies : Dermochelys coriacea
Nama lokal : Penyu belimbing
Nama Inggris : Leatherback turtle
Sekarang, kita pelajari yuk morfologi dari hewan yang bisa terbilang unik diantara spesies lain!
1. Penyu Dengan Ukuran Tubuh Terbesar
Dermochelys coriacea atau lebih dikenal dengan sebutan Penyu Belimbing merupakan spesies penyu terunik dan terbesar di dunia dengan berat tubuh mencapai 1 ton dan panjang 215 cm (Pritchard, 1971). Pada tahun 1988, seekor penyu belimbing raksasa yang diklaim berukuran 2 meter dan berbobot 900 kg terlihat di pantai barat Wales.
Sumber:http://semenanjung-senja.blogspot.com/2014/05/melirik-keberadaan-penyu-di-indonesia.html
Penyu belimbing berukuran besar, karena hanya makan makanan rendah energi dan rendah protein dari makhluk-makhluk lunak seperti ubur-ubur, cumi-cumi dan tunicates (invertebrata seperti ubur-ubur laut).
2. Karapas Yang Lembut
Karapas penyu belimbing adalah sisik yang ditutup oleh lapisan kulit yang kasar dan berkaret, serta tidak menjadi satu dengan tulang belakang atau tulang rusuk. Pada bagian karapas juga ditemukan sejumlah kepingan-kepingan kecil berbentuk segi banyak dan bentuk deretan iga atau alur memanjang (longitudinal ridge) sebanyak 7 buah sedangkan pada plastron sebanyak 5 buah alur.
Karena itu, spesies ini mampu menyelam lebih dalam dibandingkan jenis penyu lainnya, yakni hingga kedalaman 4.000 kaki atau sekitar 1.200 meter. Selain itu, penyu belimbing juga dapat bertahan di bawah laut hingga 85 menit.
3. Bentuk Kepala
Bentuk kepala dari penyu belimbing kecil, bulat dan tanpa adanya sisik-sisik seperti halnya penyu yang lain. Mempunyai paruh yang lemah, tetapi berbentuk tajam, tidak punya permukaan penghancur atau pelumat makanan.
4. Jejak (Track)
Penyu Belimbing mempunyai sirip depan yang panjang. Biasanya jejak mereka memiliki lebar antara 150-200 cm dan pintasannya sangat dalam dengan bentuk tanda diagonal yang simetris.
5. Daya Jelajah Penyu Belimbing
Indonesia menjadi salah satu habitat bertelur penyu belimbing. Umumnya ditemukan di daerah tropis, namun juga dapat ditemukan sampai di daerah perairan dingin. Di Indonesia banyak dijumpai di daerah Kepala Burung Papua, pantai Jamursba Medi. Pernah ditemukan bertelur di pantai selatan Kabupaten Klungkung – Bali. Ditemukan juga bertelur di pesisir selatan pulau Jawa, pantai di Kab. Pacitan Jawa Timur.
Salah satu pantai yang menjadi pusat peneluran di Indonesia adalah di wilayah utara kepala burung Papua (Hitipeuw et al. 2007, Tapilatu et al. 2013). Kawasan ini merupakan pusat peneluran penyu belimbing di pasifik barat (Mangubhai et al. 2012, Tapilatu et al. 2013). Selain di Papua, beberapa daerah di Indonesia tercatat pernah menjadi habitat peneluran benyu belimbing seperti di Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, dan Jawa Barat (Adnyana, 2006).
Sebagian besar spesies penyu dewasa ditemukan di perairan dangkal, pantai, teluk, laguna, dan muara. Beberapa juga menjelajah ke laut lepas. Penyu remaja dari beberapa spesies dapat ditemukan di teluk dan muara, serta di laut.
Jika dilihat dari sudut pandang dunia, penyu belimbing (Leatherback) mempunyai daerah persebaran yang luas meliputi Samudera Atlantik, Samudera Pasifik, Samudera Hindia, dan Mediterania. Meskipun daerah sebaran dan habitatnya luas namun populasi penyu belimbing semakin hari semakin menurun drastis. Tahun 1982 diperkirakan populasinya 115.000 ekor penyu dewasa. Namun berdasarkan data terakhir (1996) diperkirakan populasinya hanya tinggal 20.000-30.000 ekor saja (IUCN). Bahkan CITES (Convention on International Trade of Endangered Species) memperkirakan hanya ada sekitar 2.300 penyu betina dewasa yang masih tersisa di Samudera Pasifik.
Penurunan populasi ini diakibatkan oleh perburuan liar untuk diambil daging, cangkang dan telurnya. Pencemaran laut juga mempengaruhi populasi penyu belimbing, tidak sedikit penyu belimbing yang mati setelah memakan sampah plastik yang dikira ubur-ubur. Selain itu, rusaknya ekosistem pantai akibat abrasi pantai atau aktifitas manusia sering kali membuat penyu yang hendak bertelur di pantai urung lantaran merasa tidak aman.
Karena penurunan populasinya yang cepat, IUCN Redlist memasukkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dalam klasifikasi spesies Critically Endangered (Sangat Terancam Punah). CITES pun memasukkannya dalam daftar Appendix I yang berarti melarang segala bentuk perdagangan dan perburuannya. Di Indonesia, penyu belimbing (Leatherback) termasuk salah satu hewan yang dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999.
Ditulis oleh: Fara Azzahra, Divisi PSDM KSPL “
Chelonia” (2020)