Tampilkan postingan dengan label Penyu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penyu. Tampilkan semua postingan

Minggu, 26 Juni 2022

Habitat Alami Penyu Laut

Penyu adalah reptil laut seperti kura-kura yang mampu menjelajahi dunia dengan keempat sirip kakinya. Penyu merupakan organisme ikonik yang hidup di perairan laut dan terdapat 7 spesies penyu yang ada di dunia. Indonesia menjadi salah satu habitat bertelur 6 penyu dari 7 penyu yang ada di dunia. Hal tersebut didasari karena perairan Indonesia menjadi rute perpindahan (migrasi) Penyu Laut di persimpangan Samudera Pasifik dan Hindia. Penyu ditemukan di laut yang hangat hingga sedang diseluruh dunia. Penyu yang dapat ditemui di Indonesia antara lain: Penyu lekang, penyu hijau, penyu belimbing, penyu pipih, penyu tempayan, penyu sisik. Sebagian penyu menempati daerah di pesisir pantai, terumbu karang, perairan dangkal, dan ditempat lainnya.

1. Padang Lamun

Lamun (Seagrass) adalah komponen utama detritus dalam makanan di setiap laut dangkal. Tumbuhan laut ini menyediakan nutrient pada sejumlah hewan invertebrata dan ikan. Dari tujuh jenis penyu yang hidup dilaut, penyu hijau (Chelonia mydas) merupakan jenis penyu yang banyak menarik perhatian baik diluar  negeri seperti Costa Rica (Amerika Tengah). Serawak (Malaysia) dan Australia maupun di Indonesia. Penyu hijau muncul untuk memakan algae hanya pada beberapa habitat yaitu pada daerah terumbu karang, sedangkan pada daerah pesisir, baik di teluk maupun di estuaria makanan penyu hijau adalah lamun. Habitat lamun berfungsi sebagi daerah makanan utama untuk penyu hijau dewasa. Penyu hijau jika memakan lamun sangat berbeda dengan duyung, penyu hijau ini tidak mengganggu substrat atau sistem rhizome dari lamun.

Padang Lamun Menjadi Salah Satu Habitat Penyu
Padang Lamun Menjadi Salah Satu Habitat Penyu

2. Pesisir Pantai

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 65% wilayah laut, Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi yang sangat besar. Potensi tersebut berupa sumber daya alami seperti terumbu karang, hutan mangrove, pantai berpasir, ataupun sumber daya buatan seperti tambak, kawasan pariwisata, kawasan industri dan perhubungan. Pantai juga merupakan wilayah perbatasan antara daratan dengan lautan yang didalamnya terdapat hubungan yang erat antara aktivitas manusia dengan lingkungan daratan dan lingkungan laut.

Penyu merupakan salah satu fauna yang memiliki aktivitas di daerah pesisir pantai untuk bertelur. Pantai tempat penyu bertelur biasanya berpasir lembut dan bersuhu hangat, cocok untuk mengerami telur-telur penyu. Salah satu faktor kehadiran penyu ke pantai karena kondisi bio-fisik pantai yang sesuai untuk peneluran penyu. Secara biologi, kehadiran penyu pada suatu pantai dipengaruhi kondisi sebaran ekosistem dan komposisi vegetasi pantai. Keberadaan hewan predator akan mempengaruhi tingkat jumlah telur penyu dan tukik. Secara fisik, kehadiran penyu pada suatu pantai dipengaruhi oleh tingkat   kemiringan pantai, jenis sedimen atau pasir pantai, tingkat keterlindungan pantai terhadap gempuran energi gelombang laut dan kestabilan pantai.

Penyu Betina Naik ke Pesisir Pantai untuk Bertelur

3. Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan endapan zat kapur yang merupakan hasil metabolisme dari ribuan hewan karang, sedangkan karang adalah hewan yang tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang disebut polip. Manfaat karang sebagai tempat hidup dan pangan bagi ikan, serta menjadi pelindung bagi makhluk laut dan pantai dari hempasan ombak (Salim, 2012). Ekosistem terumbu karang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan laut seperti tingkat kejernihan air, arus, salinitas dan suhu. Peran dalam menjaga ekosistem laut yang sehat juga dilakukan oleh penyu salah satunya penyu sisik (Eretmochelys imbricate). Dibekali dengan mulut seperti paruh burung, Penyu Sisik memakan berbagai jenis spons, dengan demikian mereka dapat mengontrol komposisi spesies dan distribusi spons dari ekosistem Terumbu Karang. Spons secara agresif bersaing berebut tempat dengan Terumbu Karang. Dengan memakan spons maka Penyu Sisik memberikan kesempatan kepada Terumbu Karang untuk berkoloni dan bertumbuh.

Tanpa keberadaan Penyu Sisik maka spons sangat mendominasi terumbu karang yang bisa merubah strukttur ekosistem terumbu karang. Penyu memiliki peran penting untuk menjaga kesehatan laut di seluruh dunia selama lebih dari 100 juta tahun. Peran itu antara lain menjaga fungsi terumbu karang supaya produktif hingga memindahkan nutrisi penting dari perairan ke daratan (di pantai). Menurunnya populasi Penyu, berbanding lurus dengan berkurangnya kemampuan Penyu melakukan fungsi pentingnya di laut. Sebenarnya laut kita sudah tidak sehat lagi akibat dari overfishing, perubahan iklim, dan polusi (lpsplsorong, 2018).

Terumbu Karang Menjadi Salah Satu Habitat Penyu

4. Perairan Dangkal

Perairan dangkal adalah bagian perairan yang mendapatkan cahaya matahari yang cukup untuk algae berfotosintesis. Zona ini terletak dari permukaan laut hingga kedalaman 200 meter.

Penyu adalah binatang melata laut yang hampir sepanjang hidupnya berada di dalam laut. Hanya penyu betina dewasa yang naik ke daratan pada waktu-waktu tertentu untuk bertelur. Habitatnya adalah bagian laut yang tidak begitu dalam, dekat daerah pantai peneluran dengan perairan laut yang ditumbuhi alga laut dan lamun. Daerah ini juga menjadi tempat hidup berbagai jenis binatang avertebrata yang menjadi makanan utama penyu sisik. Beberapa jenis lamun dan alga yang tumbuh di daerah seperti ini misalnya Thallasia sp., Gracilaria spp. dan Sargassum spp.

Jenis penyu dan makanannya:

  1. Penyu hijau, makanan utama mereka adalah lamun laut atau alga.
  2. Penyu belimbing, makanan utama mereka adalah ubur-ubur.
  3. Penyu tempayan termasuk karnivora, mereka memakan kerang, kepiting, bulu babi, siput, dan ubur-ubur.
  4. Penyu pipih termasuk kedalam hewan omnivora, makanan utamanya lamun, karang lunak, teripang, ubur-ubur, kerang, udang, dan invertebrata lainnya.
  5. Penyu sisik memiliki makanan utama karang lunak, seperti sponges & anemon, juga cumi dan udang.

Berdasarkan sumber makanannya, daerah perairan dangkal merupakan tempat yang sangat tepat menjadi habitat penyu laut dan perairan dangkal ini menjadi tempat kawin terutama untuk kelompok Chelonidae. Setelah perkawinan, sang jantan akan tetap berada di sekitar karang untuk mencari makan, sedangkan sang betina juga akan tetap berada di perairan dangkal yang dekat dengan pantai.

Perairan Dangkal Merupakan Salah Satu Habitat Penyu 

Penutup

Penyu membutuhkan 3 macam habitat dalam siklus hidupnya, yaitu habitat makan, habitat kawin, dan habitat peneluran. Habitat makan dan habitat kawin berada di perairan yang memiliki karang, sedangkan habitat bertelur berada pada daerah pesisir pantai.



Senin, 28 Desember 2020

Mengenal Penyu Lekang

 Hai, sahabat penyu! Kali ini kita akan membahas tentang penyu lekang (Lepidochelys olivacea).

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Penyu_Lekang

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum         : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Sauropsida
Order : Testudines
Suborder         : Cryptodira
Superfamily : Chelonioidea
Family : Cheloniidae
Genus              :       Lepidochelys
Spesies         : Lepidochelys olivacea

Overview
Kekayaan alam Indonesia berupa terumbu karang, padang lamun dan pantai berpasir merupakan habitat alami yang sangat baik bagi kelangsungan hidup penyu. Penyu memanfaatkan kawasan pantai berpasir sebagai tempat persinggahan dan melakukan aktifitas biologi seperti bersarang dan bertelur. Terdapat tujuh spesies penyu yang hidup di dunia, enam diantaranya dapat ditemukan di perairan Indonesia. Salah satu penyu yang hidup di perairan Indonesia adalah penyu lekang (Lepidochelys olivacea). 

Ciri-Ciri Fisik

Penyu lekang (Lepidochelys olivacea) termasuk kedalam famili Cheloniidae. Salah satu ciri dari L. olivacea yakni memiliki ukuran tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kelompok penyu lainnya. Perbedaannya, penyu dengan nama lain olive ridley turtle ini memiliki kepala yang lebih besar dan bentuk tempuruhnya lebih langsing serta bersudut. Tubuhnya berwarna hijau pudar dan mempunyai kurang lebih lima sisik lateral. Karapas L. olivacea memiliki warna abu–abu, sedangkan pada bagian bawah tubuh (plastron), L. olivacea memiliki warna krem keabuan. Bobot Lepidochelys olivacea berkisar antara 45 kg hingga 55 kg dengan panjang lengkung karapasnya hanya sekitar 70 cm, ukurannya paling kecil di Indonesia, terkecil kedua di dunia setelah Penyu Kempi (tidak ada di Indonesia), karapasnya berwarna hijau tentara, terdapat 6 pasang lempeng atau lebih pada karapasnya, dapat bertelur hingga ± 110 butir dalam satu kali bertelur. Sementara bobot tukik Lepidochelys olivacea berkisar dari 16 gram hingga 19 gram dengan panjang rata-rata karapas tukik hingga 44 mm. 

Pola Makan
Penyu Lekang termasuk hewan omnivora. Makanannya adalah kepiting, udang, lobster, lamun, alga, siput, ikan, dan ubur-ubur.

Sebaran di Indonesia
Penyu lekang bermigrasi di sepanjang perairan dengan kedalaman menyelam hingga 150 meter. Pantai pasir dengan kemiringan landai merupakan tempat bertelur penyu yang dapat ditemukan di pantai-pantai di Indonesia. Penyu tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, baik pesisir barat atau timur Sumatera dan pulau-pulau kecilnya, pesisir selatan pulau Jawa dan pulau-pulau kecil di bagian utara pulau Jawa, pesisir Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, Lombok, NTT, NTB, Maluku dan pulau-pulau kecil berpasir lainnya.

Tempat Penetasan Telur
Penyu Lekang akan mencapai kematangan seksualnya pada sekitar usia 12 tahun. Ribuan penyu lekang betina akan naik ke permukaan secara serentak untuk bertelur dalam periode 2 hingga 3 hari lamanya. Perilaku ini kemungkinan merupakan hasil adaptasi Penyu Lekang untuk melawan predator yang mengancam ketika proses bertelur terjadi. Namun, Penyu Lekang seringkali memilih wilayah pesisir yang kecil dan sempit sehingga sarang yang mereka buat saling menimpa satu sama lain. Fenomena ini dapat terjadi 2 sampai 7 kali di setiap musimnya.

Status Konservasi
Tiap tahunnya, populasi spesies ini terus menurun. Untuk itu, penyu lekang dikategorikan ke dalam satwa langka dan dilindungi dalam Red Data Book IUCN yang termasuk dalam Apendix I CITES. Penyu merupakan salah satu fauna yang di lindungi karena populasinya yang terancam punah, di Indonesia terdapat enam spesies penyu dari tujuh yang ada di dunia. Kondisi inilah yang menyebabkan semua jenis penyu di Indonesia diberikan status dilindungi oleh negara sebagaimana tertuang dalam Permen RI No. 7 tahun 1999 mengenai pengawetan jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang di lindungi . Penyu secara internasional termasuk satwa appendix 1, satwa yang termasuk dalam appendix 1 dilarang untuk di perdagangkan.

Ancaman

Kepercayaan publik mengenai khasiat aprodisiak dari telur penyu menjadi salah satu ancaman terbesar bagi populasi penyu lekang di wilayah Amerika Tengah dan Selatan. Perdagangan illegal telur penyu lekang membuat perhitungan dampaknya terhadap populasi penyu lekang sulit dilakukan. Penyu Lekang juga pernah diburu secara besar-besaran untuk diambil kulit dan dagingnya, terdapat banyak rumah potong penyu yang mengakibatkan lebih dari 1 juta ekor penyu lekang terbunuh pada masa 1960-an di Meksiko. Keberadaan rumah potong ini sudah jauh berkurang setelah adanya hukum yang mengatur angka legal penangkapan penyu lekang, meski industri illegal berukuran kecil masih ada hingga saat ini. Walaupun spesies ini memiliki jangkauan yang luas, namun jumlah lokasi penting untuk mereka berkembang biak sangat terbatas. Oleh sebab itu, perlindungan pada beberapa wilayah pesisir utama untuk penyu lekang sangat perlu dilakukan. 

Penulis: Ridwan Rafly


Referensi:
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Buleleng, “Mengenal Jenis dan Morfologi Spesies Penyu Laut”, Mengenal Morfologi dari Penyu Laut, 07 Pebruari 2018, https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/mengenal-jenis-dan-morfologi-spesies-penyu-laut-80 [diakses pada 6 Desember 2020].
Kompas.com “6 dari 7 Spesies Penyu Langka Ada di Indonesia, Bagaimana Wujudnya?”, 6 Spesies Penyu Langka ada di Indonesia, 24/05/2019, https://sains.kompas.com/read/2019/05/24/153853523/6-dari-7-spesies-penyu-langka-ada-di-indonesia-bagaimana-wujudnya?page=all#page2 [diakses pada 6 Desember 2020]
IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources). 2011. IUCN Red List of Threatened Spesies. http : //www.iucnredlist.org/
Loka Pengelolaan Sd Pesisir & Laut Sorong “Penyu”, Penyebaran Penyu di Indonesia, https://kkp.go.id/djprl/lpsplsorong/page/1915-penyu [diakses pada 6 Desember 2020]
WWF “Penyu”, Mempelajari Semua Spesies Penyu, https://www.wwf.id/spesies/penyu [diakses 6 Desember 2020]

Kamis, 05 November 2020

Mengenal Penyu Belimbing, Penyu Terbesar di Dunia Saat Ini

Haii sobat, kalian tau gak kalau hampir semua jenis penyu dapat kita temukan di Indonesia lho! Yup betul, 6 dari 7 spesies penyu diseluruh dunia sering mengunjungi dan bertelur di pantai-pantai yang ada di Indonesia. Mengapa?  Hal tersebut karena perairan Indonesia menjadi rute perpindahan (migrasi) penyu laut di persimpangan Samudera Pasifik dan Hindia.  Kita lihat yuk, 6 spesies penyu tersebut.
1. Penyu Belimbing (Dermochelis coriaceae)
2. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
3. Penyu Hijau (Chelonia mydas)
4. Penyu Pipih (Natator depressus)
5. Penyu Tempayan (Caretta caretta)
6. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)

Mari mengenal lebih jauh tentang Penyu Belimbing (Dermochelis coriaceae). Sebelumnya kita akan mempelajari klasifikasi Penyu Belimbing ini ya sobat.

Kingdom : Animalia
Phylum     : Chordata
Class     : Sauropsida
Order     : Testudines
Suborder     : Cryptodira
Superfamily     : Chelonioidea 
Family     : Dermochelyidae
Spesies     : Dermochelys coriacea
Nama lokal     : Penyu belimbing
Nama Inggris     : Leatherback turtle

Sekarang, kita pelajari yuk morfologi dari hewan yang bisa terbilang unik diantara spesies lain!

1. Penyu Dengan Ukuran Tubuh Terbesar
Dermochelys coriacea atau lebih dikenal dengan sebutan Penyu Belimbing merupakan spesies penyu terunik dan terbesar di dunia dengan berat tubuh mencapai 1 ton dan panjang 215 cm (Pritchard, 1971). Pada tahun 1988, seekor penyu belimbing raksasa yang diklaim berukuran 2 meter dan berbobot 900 kg terlihat di pantai barat Wales. 
 

Sumber:http://semenanjung-senja.blogspot.com/2014/05/melirik-keberadaan-penyu-di-indonesia.html

Penyu belimbing berukuran besar, karena hanya makan makanan rendah energi dan rendah protein dari makhluk-makhluk lunak seperti ubur-ubur, cumi-cumi dan tunicates (invertebrata seperti ubur-ubur laut).

2. Karapas Yang Lembut
Karapas penyu belimbing adalah sisik yang ditutup oleh lapisan kulit yang kasar dan berkaret, serta tidak menjadi satu dengan tulang belakang atau tulang rusuk. Pada bagian karapas juga ditemukan sejumlah kepingan-kepingan kecil berbentuk segi banyak dan bentuk deretan iga atau alur memanjang (longitudinal ridge) sebanyak 7 buah sedangkan pada plastron sebanyak 5 buah alur.
Karena itu, spesies ini mampu menyelam lebih dalam dibandingkan jenis penyu lainnya, yakni hingga kedalaman 4.000 kaki atau sekitar 1.200 meter. Selain itu, penyu belimbing juga dapat bertahan di bawah laut hingga 85 menit.

3. Bentuk Kepala
Bentuk kepala dari penyu belimbing kecil, bulat dan tanpa adanya sisik-sisik seperti halnya penyu yang lain. Mempunyai paruh yang lemah, tetapi berbentuk tajam, tidak punya permukaan penghancur atau pelumat makanan.

4. Jejak (Track) 
Penyu Belimbing mempunyai sirip depan yang panjang. Biasanya jejak mereka memiliki lebar antara 150-200 cm dan pintasannya sangat dalam dengan bentuk tanda diagonal yang simetris.

5. Daya Jelajah Penyu Belimbing
Indonesia menjadi salah satu habitat bertelur penyu belimbing. Umumnya ditemukan di daerah tropis, namun juga dapat ditemukan sampai di daerah perairan dingin. Di Indonesia banyak dijumpai di daerah Kepala Burung Papua, pantai Jamursba Medi. Pernah ditemukan bertelur di pantai selatan Kabupaten Klungkung – Bali. Ditemukan juga bertelur di pesisir selatan pulau Jawa, pantai di Kab. Pacitan Jawa Timur.
Salah satu pantai yang menjadi pusat peneluran di Indonesia adalah di wilayah utara kepala burung Papua (Hitipeuw et al. 2007, Tapilatu et al. 2013). Kawasan ini merupakan pusat peneluran penyu belimbing di pasifik barat (Mangubhai et al. 2012, Tapilatu et al. 2013). Selain di Papua, beberapa daerah di Indonesia tercatat pernah menjadi habitat peneluran benyu belimbing seperti di Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, dan Jawa Barat (Adnyana, 2006).
Sebagian besar spesies penyu dewasa ditemukan di perairan dangkal, pantai, teluk, laguna, dan muara. Beberapa juga menjelajah ke laut lepas. Penyu remaja dari beberapa spesies dapat ditemukan di teluk dan muara, serta di laut.

                      



Jika dilihat dari sudut pandang dunia, penyu belimbing (Leatherback) mempunyai daerah persebaran yang luas meliputi Samudera Atlantik, Samudera Pasifik, Samudera Hindia, dan Mediterania. Meskipun daerah sebaran dan habitatnya luas namun populasi penyu belimbing semakin hari semakin menurun drastis. Tahun 1982 diperkirakan populasinya 115.000 ekor penyu dewasa. Namun berdasarkan data terakhir (1996) diperkirakan populasinya hanya tinggal 20.000-30.000 ekor saja (IUCN). Bahkan CITES (Convention on International Trade of Endangered Species) memperkirakan hanya ada sekitar 2.300 penyu betina dewasa yang masih tersisa di Samudera Pasifik.
Penurunan populasi ini diakibatkan oleh perburuan liar untuk diambil daging, cangkang dan telurnya. Pencemaran laut juga mempengaruhi populasi penyu belimbing, tidak sedikit penyu belimbing yang mati setelah memakan sampah plastik yang dikira ubur-ubur. Selain itu, rusaknya ekosistem pantai akibat abrasi pantai atau aktifitas manusia sering kali membuat penyu yang hendak bertelur di pantai urung lantaran merasa tidak aman.
Karena penurunan populasinya yang cepat, IUCN Redlist memasukkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dalam klasifikasi spesies Critically Endangered (Sangat Terancam Punah). CITES pun memasukkannya dalam daftar Appendix I yang berarti melarang segala bentuk perdagangan dan perburuannya. Di Indonesia, penyu belimbing (Leatherback) termasuk salah satu hewan yang dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999.



Ditulis oleh: Fara Azzahra, Divisi PSDM KSPL “Chelonia” (2020) 

     


 


Selasa, 25 Agustus 2020

Siklus Hidup Penyu

Penyu adalah kura-kura laut yang ditemukan di semua samudera di dunia dan merupakan salah satu hewan purba yang masih hidup sampai sekarang. Penyu juga merupakan satwa migran yang seringkali bermigrasi dalam jarak ribuan kilometer antara daerah tempat makan dan tempat bertelur, enam dari tujuh penyu di dunia memiliki habitat di Indonesia, penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu pipih (Narator depressus), dan penyu tempayan (Caretta caretta). Habitat penyu adalah laut, penyu banyak menghabiskan waktu di laut untuk mencari makanan dan beragam aktivitas lainnya. Penyu sewaktu-waktu muncul ke permukaan air yaitu untuk melakukan pernafasan.

Penyu berkembang biak secara kawin untuk menghasilkan telur. Selama masa kawin penyu jantan menarik perhatian penyu betina dengan menggosok kepalanya atau menggigit leher penyu betina. Beberapa penyu jantan berkompetisi untuk merebut perhatian penyu betina. Hanya penyu betina yang pergi ke pantai untuk bersarang dan menetaskan telurnya.

Penyu memiliki siklus hidup yang begitu lama dan mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi, sehingga sering ditemukan perburuan ilegal penyu untuk diambil telurnya maupun daging dan organ tubuh. Seluruh spesies penyu memiliki siklus hidup yang sama dengan penyu lainnya. Secara umum siklus hidup penyu terbagi atas pantai peneluran, ruaya pakan dan ruaya kawin. Dalam mencapai dewasa, kelamin penyu memiliki pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun untuk mecapai usia produktifnya.

Berikut di bawah ini merupakan siklus hidup penyu:

Sumber: https://twitter.com/bkipmmanado 

1.          Penyu dewasa mulai berkembangbiak pada usia 30 tahun. Penyu betina mulai bertelur pada malam hari dan berakhir sebelum subuh. Penyu betina akan memilih tempat bertelur yang bersih dari sampah, dengan menggunakan sirip belakangnya untuk menggali pasir membuat lubang dengan kedalaman 50-70 cm. Penyu bertelur sekitar 80-120 butir yang berukuran sebesar bola pingpong. Setelah bertelur, penyu betina kembali ke laut meninggalkan telurnya.

Sumber: food.detik.com

2.      Setelah 45-60 hari tukik akan menetas, tukik adalah sebutan untuk anak penyu yang baru lahir. Umumnya tukik akan menetas pada waktu malam hari. Tukik yang berhasil menetas akan kembali ke laut dengan mengikuti sinar bulan pada permukaan air. Selama berada di laut tukik harus berjuang hidup dari ancaman hewan predator. Banyaknya ancaman pada tukik mengakibatkan berkurangnya populasi penyu dari 1000 ekor tukik yang menetas hanya satu yang dapat tumbuh hingga dewasa.

Sumber: www.mongabay.co.id

3        Tukik yang sudah dewasa akan mulai memakan udang, ubur-ubur, kepiting, lamun dan ikan-ikan kecil. Walaupun sudah tumbuh dewasa dan memiliki karapas yang kuat, penyu masih menjadi ancaman bagi hewan predator, seperti hiu. Manusia dapat menjadi ancaman terbesar bagi kehidupan penyu, karena telur penyu memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi yang menyebabkan manusia banyak memburunya.

Sumber: yayasanpenyu.org 

4.          Penyu yang berhasil bertahan hidup akan mencari pasangan untuk berkembang biak. Penyu betina yang berhasil berkembang biak akan kembali ke tempat mereka dilahirkan untuk bertelur.

Sumber: https://www.youtube.com

Minggu, 28 Juni 2020

Penyu dan Ancamannya

Penyu merupakan organisme laut kelompok reptil yang bernapas menggunakan paru-paru dan memiliki ciri khas berupa cangkang (karapas) seperti kura-kura, namun penyu tidak memiliki kaki untuk berjalan di daratan tetapi menyerupai sirip untung berenang cepat di lautan. Penyu jantan menghabiskan hampir seluruh waktunya di lautan, sedangkan penyu betina harus kembali ke pantai tempat ia menetas untuk bertelur. Telur-telur ini kemudian akan menetas menjadi tukik (anak penyu) yang langsung bergerak mengarah lautan untuk memulai hidupnya. Sayangnya, telur penyu dan tukik memiliki rasio kehidupan yang sangat kecil akibat adanya ancaman-ancaman dari luar.
sumber gambar: Google

Sebenarnya, baik di darat maupun di laut penyu memiliki banyak ancaman, tetapi telur dan tukik menjadi yang paling mudah terancam. Sekali bersarang, rata-rata penyu dapat bertelur hingga kurang lebih 130 butir telur. Telur penyu ditinggalkan di sarang oleh induknya dalam kedalaman tertentu, mudah bagi hewan liar seperti anjing dan ular untuk menemukan dan memakan telur penyu. Telur penyu juga sejak dulu dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber bahan pangan yang mudah didapat. Setiap sarang penyu dapat digali dan diambil telurnya untuk dimakan ataupun dijual. Kepercayaan yang mengatakan kandungan telur penyu yang baik untuk kesehatan tubuh menjadi alasan utama penjualan. Faktanya, website kkp.go.id menyebutkan telur penyu mengandung nutrisi yang kurang dari nutrisi telur ayam, terlebih lagi hanya kandungan kolesterolnya yang lebih tinggi. Selain itu, polychlorinated biphenyl (PCB) juga ditemukan di telur penyu. PCB merupakan senyawa kimia buatan manusia yang digunakan dalam cairan pendingin. Bahan-bahan kimia pencemar seperti PCB dan lainnya dapat dengan mudah terakumulasi di laut karena limbah yang tidak diolah dibuang dan terbawa sungai menuju ke laut. PCB diduga masuk ke telur penyu melalui akumulasi sumber nutrisi tercemar yang dimakan oleh induk penyu. Penyu memiliki umur yang panjang dan merupakan predator atas pada rantai makanan (masih di bawah top predator). Oleh karena itu, pencemar laut dapat terakumulasi di tubuh mangsa penyu sampai ke penyunya sendiri. Umur panjangnya pun memperpanjang waktunya terpapar cemaran tersebut. Beberapa pencmar kimia berbahaya dapat menyebabkan tumor pada penyu dan membunuh penyu tersebut. Kesimpulan dapat ditarik bahwa pencemaran dan penjualan telur penyu dapat mempercepat kepunahan.
sumber gambar: The Conversation

Tukik yang menetas dari telur dan berhasil selamat dari tangkapan para pemburu telur penyu dan hewan pemakan telur pun mendapatkan banyak ancaman. Namun ancaman keberlangsungan hidup tukik lebih besar diberikan oleh alam sendiri. Tukik merupakan mangsa yang mudah bagi burung, ikan dan hewan lainnya yang hidup di daerah pesisir. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah tukik yang selamat sejak penetasan menjadi dewasa. Jika tukik selamat dari ancaman tersebut dan berhasil tumbuh menjadi penyu dewasa, ancaman lainnya akan datang menghampiri. Penyu tumbuh sampai ukuran yang bervariasi berdasarkan spesiesnya. Spesies terkecil adalah penyu lekang (Lepidochelys oliacea) dengan panjang mencapai 75 cm dan berat 50 kg, sedangkan terbesar adalah penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dengan panjang mencapai 2.3 m dan berat mencapai 900 kg. Ukuran tubuh penyu ini membuat mereka mudah terjerat dalam jarring nelayan. Seperti yang kita tahu, penyu bernapas dengan paru-paru, jika mereka terjerat jaring, tidak dapat bergerak dan mencapai permukaan, penyu terjerat tersebut beresiko mati karena tenggelam. Kasus penyu terjerat jaring nelayan umumnya bukan merupakan kesengajaan, oleh karena itu nelayan harus berhati-hati dalam penjaringan untuk memastikan agar tidak ada penyu yang terjerat. Untuk menghindari hal itu, beberapa negara sudah menerapkan teknologi Turtle Excluder Device (TED) untuk mengeluarkan penyu yang terperangkap masuk ke jaring. TED bekerja seperti filter untuk memasukkan tujuan penangkapan seperti udang dan ikan kecil ke dalam jaring dan mengeluarkan yang bertubuh besar kembali ke luar. Teknologi ini berhasil menurunkan kasus penyu terjerat jaring ikan. Selain itu, TED juga dapat bekerja pada hewan besar lain seperti ikan pari, ikan hiu, dan lainnya agar tidak terjerat dalam jaring.
sumber gambar: Dokumen pribadi

Kasus penangkapan penyu secara sengaja pun pernah marak terjadi di berbagai negara yang memiliki pesisir tempat penyu bertelur. Penyu ditangkap secara sengaja oleh pemburu untuk diambil bagian tubuhnya sebagai bahan souvenir untuk wisatawan. Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) menjadi penyu yang paling sering diburu untuk tujuan ini karena bentuk dan warna karapasnya yang indah. Souvenir dari sisik dan karapas penyu ini biasa dibuat menjadi cincin, gelang, dan aksesoris lainnya. Selain maksud pembuatan aksesoris, penyu juga terancam ditangkap untuk dikonsumsi. Beberapa negara masih menjalani praktik konsumsi daging penyu, bahkan dengan dalih sebagai bahan untuk upacara adat. Seperti yang dibahas sebelumnya, penyu sangat mudah terpapar dan mengakumulasi cemaran yang masuk ke laut. Oleh karena itu, mengonsumsi daging penyu dapat menyebabkan bahaya keracunan atau penimbunan bahan kimia berbahaya di dalam tubuh. Penyu yang kerap ditangkap dan dikonsumsi adalah penyu hijau (Chelonia mydas)

Satu lagi ancaman terbesar bagi kehidupan penyu adalah perusakan habitatnya. Kegiatan pembangunan di daerah pesisir dapat merusak habitat penyu untuk bertelur. Penyu ketika menetas dari telurnya sudah mengingat lokasi persis di pantai mana ia menetas. Hal tersebut terjadi karena penyu memiliki kemampuan untuk mengingat medan magent bumi tempat ia menetas sebagai petunjuk arah. Penyu yang habitatnya terganggu dapat mengurungkan niatnya untuk bertelur disitu dan kemungkinan akan mencari tempat baru yang belum tentu aman. Salah satu alasan yang masuk akal ketika penyu bertelur kembali ke tempat ia menetas adalah karena jika ia mampu bertahan hidup di pantai tersebut, maka pantai tersebut cukup aman untuk telur sampai menetas dan untuk tukik sampai mencapai laut. Jika penyu mencari tempat baru, tempat tersebut belum tentu aman dari ancaman terhadap telur dan tukiknya.

Spesies penyu di dunia ada tujuh, yaitu penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu pipih (Natator depressus), dan penyu kempi (Lepidochelys kempi). Enam diantaranya ditemukan di lautan Indonesia, hanya penyu kempi yang daerah jelajahnya tidak mencapai lautan Indonesia dan ditemukan di bagian Amerika tengah, terutama Meksiko. Keenam spesies yang ditemukan di lautan Indonesia ini semuanya dilindungi dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jadi, segala bentuk perdagangan penyu baik dalam keadaan hidup, mati maupun bagian tubuhnya itu dilarang. Menurut Undang Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pelaku perdagangan (penjual dan pembeli) satwa dilindungi (termasuk penyu) dapat dikenakan hukuman penjara 5 selama tahun dan denda sebesar 100 juta Rupiah. Pemanfaatan jenis satwa dilindungi hanya diperbolehkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan penyelamatan jenis satwa yang bersangkutan. Selain itu, kementrian dalam negeri pun sudah mengedarkan surat bagi setiap gubernur daerah (Surat Edaran Mendagri Nomor 523.3/5228/SJ/2011 tanggal 29 Desember 2011 tentang Pengelolaan Penyu dan Habitatnya) untuk melakukan tindakan pencegahan, pengawasan, penegakkan hukum dan penindakan serta mensosialisasikan peraturan perundangan terkait, sekaligus pembinaan dalam rangka penyadaran masyarakat guna melindungi penyu. Oleh karena itu mari kita ikut serta dalam upaya perlidungan penyu dari ancaman-ancaman tersebut, salah satunya adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak membeli produk yang berasal dari penyu.